Aku ingat betul betapa antusiasnya aku mendengarkan ibuku ketika menceritakan satu kisah…
tentang keluarga ayam, cerita tentang mengapa masakan jadi tidak enak karena tanpa garam, dongeng kancil yang nakal sekaligus cerdik, kisah bawang putih-bawang merah, kisah timun mas, dan sepertinya masih banyak dan masih terekam indah dimemory kecilku hingga saat ini.
Satu kisah yang ringan dan sarat dengan makna kehidupan, sarat mengajarkan kebaikan, sarat mengajarkan kasih sayang, selalu saja yang jahat pasti terkalahkan, dan selalu membawa pesan yang begitu menyentuh.
Satu kisah yang tidak perlu terlalu panjang diuraikan, langsung dapat dipetik hikmahnya, tanpa embel-embel intrik, konspirasi, apalagi berpanjang-panjang episode.
Lebih dari itu, mungkin dulu kita terpesona suara ibu atau ayah saat mereka mendongeng untuk kita pada malam-malam menjelang tidur.
Seorang ibu (sebut saja nenek Minah) diprotes oleh anak (sebut saja Rangga) semata wayangnya untuk tidak mendongeng pada cucunya (sebut saja Cinta) kisah tentang kancil.
alasan cukup masuk akal karna Rangga tidak mau ketika Cinta besar nanti akan mempunyai sifat seperti kancil yang culas, licik dan sering menipu.
Dengan bijak Ibu tua tadi berkata pada Rangga ‘dulu waktu kau kecil, ratusan kali dongeng kancil kuceritakan ketika engkau mau tidur, karna sebelum mendengar cerita kancil kau tak pernah mau tidur. APAKAH KAU JUGA SEKARANG MENJADI ORANG YANG CULAS, LICIK DAN SERING MENIPU ??’
Mungkin tidak hanya Rangga yang terdiam, penonton termasuk aku pun tertegun. Karena sebelum menonton kisah itu, aku juga sudah pernah membaca dan mendengar untuk tidak menceritakan dongen kancil ke anak-anak kita, karena dikhawatirkan mereka akan meniru sifat kancil yang sering menipu.
Mungkin sekarang kita lupa karena terlalu terbuai hampir semua stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan berbagai acara dari sinetron, infotaiment, ekpos anak-anak melalui bakat menyanyi, berdakwah, bahkan dipaksa jadi pelawak.
Tayangan yang bisa saja jika kita sebagai orangtua tidak selektif dan tidak mendampingi pada saat anak-anak menonton justru akan makin menjerumuskan mereka pada pola pikir yang instans.
Belumlagi terbuai dengan teknologi internet yang dengan mengetik satu kata kunci saja , maka ratusan bahkan ribuan informasi dan gambar akan dengan mudahnya terpampang didepan kita.
Bisa kita bayangkan, jika itu dilakukan oleh malaikat-malikat kecil kita yang manis dan menggemaskan.
Orangtua adalah pendidik pertama. Karenanya hubungan kedekatan dengan orangtua akan menjadi pola sosialisasi anak usia dini. Namun sayangnya fakta menunjukkan bahwa anak banyak menghabiskan waktu dengan menonton televisi, playstations, dan berselancar di internet, sementara kita sebagai orangtua yang juga disibukkan untuk mencari nafkah dan menambah penghasilan.
Menjadi orangtua yang kreatif dan memanfaatkan waktu yang berkualitas bersama anak saat masa sekarang ini memang tidak mudah. Tapi itu harus kita lakukan ditengah kesibukan kita, salah satunya bisa dilakukan dengan mendongeng karena ternyata cara ini dapat mencerdaskan anak.
Menurut Ketua Keluarga Peduli Pendidikan Yanti Sriyulianti, kebutuhan anak atas perhatian dan pengasuhan yang intensif dari orangtuanya tidak dapat ditunda. Hubungan antara anak dan orangtua mempunyai peran penting dalam menentukan pola perkembangan psikis, sosial, dan emosional di masa depan.
Tapi sayang aku pernah salah memberikan dongeng penuh denga suara srigala, raksasa yang mengejar anak-anak kecil teryata dampaknya sangat buruk, anandaku tidak pernah mau mendengarkan. Dipikiran kecilnya dongeng penuh dengan kecemasan, kehawatiran, ketakutan dan kesedihan (maafkan bunda ya 🙁 ). Teryata orangtua juga dituntut untuk memilih dongeng yang tepat dan sesuai dengan karakter anak.
“Diantara banyak metode, mendongeng diyakini efektif bagi pendidikan anak usia dini. Menurut seorang pengarang dan ilustrator cerita anak terlaris versi New York Times Laura Numeroff, membacakan dongeng untuk anak selama 20 menit dapat meningkatkan kecerdasan anak dalam membaca dan menulis. 20 menit mendongeng setara dengan sekurang-kurangnya belajar 10 hari di sekolah,” katanya.
Dari dongeng, ada banyak manfaat yang bisa diambil, antara lain:
Memperkenalkan Bentuk Emosi
Setiap cerita tentu punya tokoh-tokoh atau karakternya masing-masing, jadi anda perlu tahu isi cerita sebelumnya sehingga pada saat cerita anda dapat memberikan penekanan pada dialog dan ekspresi. Pada saat alur cerita memasuki konflik anda bisa jelaskan lebih panjang mengenai emosi yang dirasakan tokoh cerita. Mengenal berbagai emosi terutama emosi negatif bisa membantu balita kita yang memiliki masalah agresifitas selain itu bisa mengajarinya untuk berempati kepada teman maupun kepada kita orangtuanya.
Mempererat Ikatan Batin
Mendongeng adalah trik terbaik memberikan waktu yang berkualitas bagi para ayah dan ibu bekerja, dengan kesibukan yang tinggi anda tidak akan punya waktu untuk bermain-main dengannya maka pergunakan kesempatan ini sebaik mungkin sehingga saat-saat mendongeng adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu bagi anak.
Memperluas Kosa Kata
Sama seperti anak sekolah semakin banyak baca maka kita akan semakin banyak tahu, bahkan anda bisa memanfaatkannya untuk memperkenalkan kosa kata asing padanya, itu bisa membantunya saat ia masuk sekolah bukan?
Merangsang Daya Imajinasi
Sekali waktu cobalah anda membuat cerita tanpa panduan buku dan biarkan si kecil anda melanjutkan cerita berdasarkan imajinasinya sendiri, anda boleh menanyakan dunia itu juga padanya, bertanyalah sevariatif mungkin sehingga ia semakin terbiasa berimajinasi, semakin berimajinasi semakin kreatif pulalah balita anda.
Mari kita luangkan sedikit waktu kita untuk membacakan dongeng untuk balita kita, karena waktu akan terus berlalu dan jangan sampai kita melewatkan kesempatan ini.
for my lovely : Adriel Fardan Dhaksa
Sumber : http://www.ayahbunda.co.id/